Kamis, 04 April 2013

KONSENTRASI KRITIS MISEL DAN ENTHALPI DARI DETERJEN PADA BERBAGAI TEMPERATUR


I.       Tujuan:
Menentukan konsentrasi kritis misel dan enthalpi dari deterjen.

II.    Teori.
Larutan dari bahan yang permukaan aktifnya tinggi, menunjukkan sifat-sifat fisik yang tidak umum. Di dalam larutan encer, zat pemantap (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal. Untuk larutan dengan larutan tinggi / pekat, maka akan terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmose, turbiditas, daya hantar listrik, dan tegangan muka. (Tim laboratorium Kimia Fisik, 2010)

Pada kesetimbangan di antara molekul-molekul atau ion-ion dari misel yang tidak berasosiasi, berlaku hukum aksi massa untuk kesetimbangan miselasi. (Tim laboratorium Kimia Fisik, 2010)

            mx           (x) m
        c (1-x)        cx / m

            k =   cx / m_  
                  c (1-x)m

dalam hal ini:
c    : konsentrasi storkrometri larutan
x    : fraksi kelompok satuan monomer
m   : jumlah satuan monomer per misel

Untuk harga m yang semakin besar, pernyataan ini menunjukkan bahwa x menjadi semakin kecil pada nilai c tertentu dan sesudah itu naik dengan tepat.

Pembentukan misel dapat terjadi pada konsentrasi di atas k.k.m (konsentrasi kritis misel). Untuk mengetahui harga k.k.m yang paling tepat, diperlukan adanya table enthapi, karena enthapi sangat erat kaitannya dengan k.k.m. (Tim Laboratorium Kimia Fisik, 2010)

Jika konstanta keseimbangan adalah k dan perubahan energi standar adalah ∆G°, maka  akan membentuk miselasi 1 mol zat pemantap sesuai dengan persamaan: (Tim Laboratorium Kimia Fisik, 2010)

            ∆G° = -RT ln k
                             m












 
            ∆G° = -      RT        ln    cx      + RT ln [c(1-x)]
                               M                m 

Pada k.k.m, x = 0, dan ∆G° = RT ln (k.k.m), sehingga:
            ∆S° = -d (∆G°)
                          -dt
           
                   = -RT d ln (k.k.m) – R ln (k.k.m)
                                    Dt

            ∆H° = ∆G° + T.∆S°
                   
                    =   - RT2 d ln (k.k.m)
                                    dT

dengan mengintegrasikan persamaan di atas diperoleh persamaan:

            ln (k.k.m) = ∆H  + c
                                RT

Dengan membuat grafik ln (k.k.m) terhadap 1/T diperoleh harga ∆H°/R sebagai slopenya.


Molekul sabun dapat berkumpul sebagai misel, yaitu kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan lemak. Hal ini disebabkan: ekor hidrofobnya cenderung berkumpul, dan kepala hidrofilnya memberikan perlindungan. Misel hanya terbentuk di atas konsentrasi misel kritis (CMC) dan di atas temperatur kraft. Molekul surfaktan non ionik dapat berkumpul dalam kerumunan 1000 atau lebih, tetapi spesies ionik dapat terganggu oleh tolakan elektrostatik antara gugus kepala, ehingga  biasanya terbatas sampai antara 10 dan 100 molekul. Populasi misel sering bersifat polidispersi, dan ukuran misel individual bervariasi dengan konsentrasi. Walaupun misel bulat juga ada, tetapi umumnya di dekat CMC bentuknya bulat ppipih, dan pada konsentrasi lebih tinggi berbentuk seperti batang. Bagian dalam misel menyerupai tetesan minyak, dan resonansi magnetic menunjukkan bahwa ekor hidrokarbon itu mobil, tetapi sedikit lebih terbatas dari pada di dalam bagian terbesar larutannya (Atkins, 1999)

Misel ini penting dalam industri dan biologi disebabkan oleh fungsi pelarutnya: materi dapat ditransportasikan oleh air setelah materi itu melarut dalam hidrokarbon dari misel. Dengan alasan ilmiah, misel digunakan sebagai detergen, pembawa obat, sintesis organic, pengapungan buih, dan penemuan minyak bumi. (Atkins, 1999)

Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa enthalpi pembentukannya dalam sistem air mungkin positif. (Jadi, pembentukan tersebut endotermik) dengan ∆H 1-2 kl per mol surfaktan. Pembentukan misel di atas, CMC menunjukkan bahwa perubahan entropi yang menyertai pembentukannya pasti positif, dan pengukuran nilai sekitar = 140 JK-1 mol-1 pada temperature kamar. Perubahan enthalpy (entropi) yang positif walaupun molekul itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi dan molekul akan lebih bebas bergerak  setelah molekul terlarut terkumpul menjadi kumpulan kecil. Hal ini masuk akal, karena setiap molekul terlarut individual terkurung dalam pelarut yang teratur, tetapi setelah misel terbentuk, molekul pelarut hanya perlu membentuk satu kurungan yang lebih besar. Kenaikan energi ketika gugus hidrofob berkumpul dan mengurangi tuntuntan strukturnya pada pelarut, merupakan asal usul antar aksi hidrofob yang akan menstabilkan pengelompokkan gugus hidrofob dalam makromolekul biologis. (Atkins, 1999)
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak pada konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritis misel (CMC). (Anonimus, 2009)

Beberapa faktor yang mempengaruhi CMC: (Anonimus, 2009)
-          Untuk deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai CMC bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom c dalam rantai.
-          Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan memperbesar nilai CMC dan juga kelarutan.
-          Adanya garam menurunkan nilai CMC surfaktan ion.
Penurunan CMC hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin menurun CMC-nya.

Pada CMC terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan CMC dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan perubahan dari keadaan ideal menjadi tidak ideal. Di bawah CMC, larutan menjadi bersifat ideal, sedangkan di atasnya larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat digunakan adalah tekanan osmosis, titik beku larutan, hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan, indeks bias, hamburan cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antar muka. (Anonimus, 2009)

Koagulasi sel liofil atau liofob, menghasilkan endapan. Bila keadaannya dibuat tepat, dapat terjadi zat cair yang ada diserap oleh zat padatnya. Proses ini disebut gelasi dan zat yang terjadi disebut gel. Pembuatan gel dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pendinginan, metatesa, perubahan pelarut. (Sukardjo, 2002)

III. Alat dan Bahan yang digunakan.
      a. Alat yang digunakan:
         1. Konduktometer JENWAY.
         2. Labu ukur 500 ml.
         3. Labu ukur 50 ml.
         4. Beaker glass 500 ml.
         5. 7 buah Beaker glass 100 ml.
         6. Batang pengaduk.
         7. Spatula.
         8. Gelas arloji.
         9. Pipet tetes.
       10. Gelas ukur 25 ml.
       11. Gelas ukur 5 ml.
       12. Timbangan.

      b. Bahan yang digunakan:
         1. Sabun batang.
         2. Akuades.
         3. KCl